Sabtu, 24 Januari 2015

Ubah Metode Agar Hasil Melimpah Program Ketahanan Pangan Didukung Teknologi, JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.



JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang. Untuk menunjang program ketahanan pangan, jajaran Komando Distrik Militer (Kodim) 0901/SMD dan Pemkot Samarinda menggandeng ahli pertanian dari Universitas Mulawarman (Unmul). Selain terus memperluas lahan tanam, mereka menyusupkan teknologi agar hasil yang didapat berlimpah.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.
Untuk meningkatkan hasil tanam padi di Samarinda, jajaran TNI kembali membuka lahan di RT 06, Kelurahan Bantuas, Palaran. Dalam waktu kurang dari 3 bulan, rawa seluas 10 hektar berhasil disulap areal persawahan. Jumat (23/1) kemarin, Komandan Kodim (Dandim) 0901/SMD Letkol Kav Dodi M, bersama Kepala Dinas Pertanian Kota Samarinda, Marwansyah dan ahli pertanian dari Unmul Rudiansyah, melakukan penanaman perdana di lahan ini.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.
Dalam sambutannya, Marwansyah mengapresiasi jajaran Kodim yang sudah membuka areal persawahan itu. Menurutnya, hal itu sangat penting mengingat produksi padi di Samarinda masih minim.
“Kemampuan petani di Samarinda untuk memenuhi kebutuhan beras bagi warga Samarinda baru 20 persen. Sisanya, beras masih dipasok dari Kukar, Sulawesi dan Jawa,” kata Marwansyah.
Dengan bertambahnya jumlah lahan tanam di Samarinda, ia ingin meningkatkan produksi beras lokal.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.
“Minimal tahun ini produksi bisa meningkat 15 persen. Sehingga kita tidak selalu bergantung kepada wilayah lain,” paparnya.
Sementara itu Dodi menjelaskan, apa yang mereka lakukan merupakan bagian dari MoU antara pihaknya dan Pemkot Samarinda pada 2014 lalu. Dijelaskannya, hal itu dukungan atas keinginan Presiden RI Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada pangan pada 3 tahun mendatang.
“Para Babinsa (Bintara Pembina Desa, Red) sekarang juga diberi tugas menjadi pengawas dan pendamping para kelompok tani mulai dari pembibitan hingga panen. Mereka mendapatkan bekal dari Dinas Pertanian untuk melaksanakan tugas ini,” katanya.
Harapannya, para petani dapat menggunakan teknologi bercocok tanam yang telah disempurnakan. Sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. “Kalau rata-rata sekarang setiap satu hektar hanya menghasilkan 4,5 ton, kami ingin musim panen berikutnya hasilnya mencapai 7 atau mungkin 10 ton per hektar dengan menggunakan metode pertanian,” jelasnya.
Terpisah, Rudiansyah yakin dalam beberapa tahun kedepan Samarinda tidak perlu bergantung pada daerah lain untuk kebutuhan beras. “Jangankan tiga tahun, dua tahun kita sudah bisa swasembada, asalkan teknologi pertaniannya bisa diterapkan dengan baik. Kemudian yang perlu diperhatikan lagi adalah sarana penunjang seperti irigasi,” kata Rudiansyah.

Dimana lagi kami bisa makan kalau bukan dari bertani dan menanam padi. Kedatangan perusahaan tambang batubara telah membuat hidup kami semakin tak menentu”JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Pernyataan Noorbaeti, petani asal Makroman, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, Kalimantan Timur itu, menjadi pembuka laporan penelitian tentang tambang dan pangan di Kota Samarinda. Penelitian yang dilakukan Abdallah Naem untuk program keterbukaan informasi di sekitar wilayah pertambangan dari Forum Himpunan Kelompok Kerja 30 (Pokja 30) ini didukung oleh Yayasan Tifa, Jakarta.

Abdallah Naem menyebutkan, isu pangan merupakan keprihatinan karena ada kecenderungan lahan untuk memproduksi pangan mengalami penurunan. Pun demikian yang terjadi di Kota Samarinda, lahan pertanian produktif berkurang akibat kebijakan pemerintah terkait industri ekstraktif.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

“Jumlah rumah tangga pertanian di Kota Samarinda selama 10 tahun terakhir turun hampir 50%” ujar Naem.

Menurunnya jumlah rumah tangga pertanian ini berkorelasi dengan produksi beras di Kota Samarinda.  Tahun 2011  produksi beras di Kota Samarinda adalah 18,890 ton dan setahun kemudian, 2012, jumlahnya menyusut menjadi 15,072 ton.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

“Produksi beras Samarinda hanya mampu memenuhi kurang lebih 30% dari kebutuhan warganya, sisanya dari kabupaten sekitar dan bahkan dari Sulawesi,” papar Naem.

Terkait soal pangan, Erwin Dharmawan dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Timur menerangkan bahwa pangan bukan hanya beras.  Sebab, kita tidak hanya makan nasi, tetapi juga aneka sayur dan lauk.

“Jika mengacu pada produksi bahan kebutuhan pokok maka Kota Samarinda hanya mampu menyediakan 3% dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakatnya,” terang Erwin.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Menurut Erwin, banyak lahan pertanian, baik sawah maupun kebun dan juga kolam di Kota Samarinda dialiri oleh air yang berasal dari tambang batubara. Dengan demikian, hasil panenan atau budidaya pertanian mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.

“Kandungan zat yang berbahaya itu mungkin masih di bawah ambang batas sebagaimana ditentukan oleh otoritas kesehatan, namun jika terakumulasi pasti ada dampaknya,” ujar Erwin.

Air yang mengalir ke sawah masyarakat Makroman ini telah terkontaminasi limbah perusahaan batubara yang beroperasi di daerah tersebut. Foto: Yutinus S. HardjantoJAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Swasembada beras dan derita petani

Ali Yasir Pilipus, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kota Samarinda dalam kesempatan terpisah menyatakan bahwa luas lahan dan jumlah penduduk Samarinda memiliki potensi untuk mewujudkan swasembada pangan.

Namun, Zulkarnaen, Akademisi dari Universitas Mulawarman membantah soal kemungkinan swasembada pangan tersebut. Menurutnya, swasembada sulit dicapai karena tidak ada strategi kebijakan dan strategi operasional yang komprehensif dari pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan.

“Perda No 1 tahun 2013, tentang Perlindungan Pangan misalnya, tidak ditindaklanjuti oleh peraturan di tingkatan kabupaten dan kota,” ujar Zulkarnaen.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Menurutnya, hanya Kabupaten Kutai Kartanegara yang kemudian menerbitkan peraturan bupati tentang perlindungan tanah pertanian. “Tapi, praktiknya di lapangan siapa yang tahu, siapa yang bisa menjamin bahwa petani tidak akan menjual lahannya kepada perusahaan tambang batubara?”.

Fakta bahwa tanah pertanian kemudian beralih ke pertambangan diungkap oleh Niti Utomo, petani dari Makroman. Menurutnya perusahaan selalu mempunyai cara sehingga petani mau tak mau melepas lahannya ketimbang banyak mengalami kerugian.

“Dibanding 15 tahun yang lalu, petani sekarang lebih moderen dan hasilnya juga semakin banyak. Namun disaat petani mulai menikmati hasilnya, justru diganggu oleh lumpur perusahaan tambang,” terang Niti.

“Siapa yang bisa bertahan kalau setiap bertanam terkena lumpur tambang?” tanyanya.
JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.
Pernyataan serupa juga dikemukakan Sutrisno, petani asal Palaran. Menurutnya, kebun buah yang dirawat selama sepuluh tahun terakhir terancam oleh keberadaan tambang. Mirisnya, kebun buah dan sawahnya sudah berada di bibir tambang dan terancam longsor.

“Ibarat menabung, satu tahun terakhir ini kami tak bisa menikmati dan bahkan terancam kehilangan tabungan itu,” kata Sutrisno.

Sawah masyarakat dan kegiatan tambang hanya dibatasi lubang menganga yang itu juga lubang pengerukan batubara. Foto: Rahmadi Rahmad

Padahal, dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Samarinda 2005 s/d 2015 telah disebutkan :

Mendayagunakan SDA yang terbarukan. SDA terbarukan seperti hutan, pertanian, perikanan dan perairan harus dikelola dan dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien dan bertanggungjawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang. Pengelolaan SDA terbarukan yang sudah berada dalam kondisi kritis, diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya, dan selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal bagi pembangunan yang berkelanjutan.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

TIDAK mau disebut mendompleng kesuksesan sang ayah, Agus kini terus mengembangkan ide kreatifnya. Kini, keseharian dia disibukkan dengan permintaan mengoordinasikan pengembangan lahan buah naga oleh sejumlah pejabat negara, serta pengusaha ternama yang melirik bisnis menggiurkan ini.

Ya, beberapa tahun terakhir buah naga atau biasa disebut buah kaktus itu menjadi ikon baru bagi warga di Kelurahan Karang Joang hingga Bukit Merdeka, Jalan Soekarno-Hatta (poros Balikpapan-Samarinda). Peran Sugeng yang tak lain adalah ayah Agus, memang cukup besar dalam pengembangan bisnis buah naga pada 2007 silam di Kalimantan.

Berawal dari coba-coba menanam, bisnis buah naga yang digeluti ayahnya sukses. Hingga akhirnya, bisnis buah naga menggeliat menghidupi kebutuhan warga sekitar, yang ikut menanam buah naga. Agus sendiri merupakan warga Jalan Soekarno-Hatta, Km 42, Kelurahan Bukit Merdeka, Samboja.

Jika di Pulau Jawa pohon buah naga berbuah secara musiman, di Kaltim justru tak mengenal musim. Ribuan pohon buah naga yang dikelola keluarga Agus telah dinikmati hasilnya. Panen dua minggu sekali. Dalam sekali panen, rata-rata 500 hingga 1.000 kilogram (1 ton) buah naga dipanen di lahan sekira dua hektare.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Bayangkan, satu kilogram buah naga kini harganya Rp 15 ribu. Artinya, dengan bisnis buah naga ini Agus bisa mengantongi ratusan juta per dua minggu. Pihak Kementerian Pertanian era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo pun sudah beberapa kali meninjau perkebunan Agus. Kebun ini dianggap yang pertama dan sukses di Kalimantan.

Rasa buahnya juga disebut-sebut paling enak. Apa sebenarnya peran Agus dalam bisnis keluarganya itu.
Ternyata mahasiswa semester tujuh itu, sangat berperan dalam mengembangkan bisnis sang ayah hingga ke pelosok nusantara. Transaksi, serta tawar-menawar buah naga dengan konsumen dilakukan sendiri.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Jangan dipikir hasil panen dari kebun Agus hanya beredar di Kalimantan. Tapi sudah sampai Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Tidak menutup kemungkinan merambah mancanegara. “Tak hanya pasar tradisional yang menjadi sasaran kami, tapi juga swalayan dan mal ternama di Indonesia,” kata Agus.

Sebelum bisnis buah naga asal “Kutai Pesisir” ini merambah berbagai daerah di Indonesia, Agus sering diundang Kementerian Pertanian untuk presentasi. Dalam beberapa kesempatan, keberangkatannya juga didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Ibrahim.

Interaksinya dengan sejumlah pengusaha atau calon pembeli dari sejumlah daerah di nusantara. Agus tak merasa canggung jika diminta menjelaskan bagaimana cara penanaman buah naga. Mulai dari pemilihan bibit hingga proses pemasarannya. Padahal, di hadapannya pengusaha berpengalaman dari berbagai kota.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Hanya bermodal pengalaman sehari-hari, Agus sudah bisa mandiri. Layaknya trainer, ia mengoordinasikan penanaman buah naga sesuai permintaan. Sejumlah pejabat Polda Kaltim dan Kodam IV/Mulawarman juga sering memanfaatkan jasanya untuk bercocok tanam buah naga.

“Selain mengenalkan hasil perkebunan, saya juga sering diminta membantu mengembangkan lahan buah naga di berbagai daerah. Ada yang investasi sampai miliaran rupiah,” ujarnya. Disebutkan, buah naga asal Kaltim, kini dikenal paling fenomenal lantaran tumbuhnya lebih mudah dan rasanya paling enak. Kebun milik keluarga Agus, kini dalam tahap uji sertifikasi oleh Kementerian Pertanian.

Baru-baru ini, Agus juga diminta membantu menanam buah naga di atas lahan berhektare-hektare milik pengusaha asal Tiongkok di Balikpapan. Pengusaha ini cukup kesohor di Kaltim. Selain rental alat berat, dia juga memiliki enam unit stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU di Kaltim. “Ya, bisnis buah naga ini memang sangat menggiurkan. Sudah dilirik banyak pengusaha besar,” ujarnya.JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Usaha perkebunan buah naga tidak mesti dengan modal besar, tapi keuntungannya sangat besar. Sebab, tak hanya urusan jual-beli buah naga, tapi juga menanam, penyediaan bibit buah naga dalam jumlah besar, serta permintaan untuk mengelola lahan. Semua tentu menjadi pundi-pundi penghasilan

“Jujur saja, saya tidak menyangka aktivitas saya bisa sejauh ini. Dulu cita-cita saya mau jadi polisi. Tapi, sekarang mau jadi pengusaha saja,” ujarnya.

Dia juga mendapat tawaran dari investor luar negeri karena melihat pengiriman buah ke berbagai daerah cukup besar. Ia menawarkan jasa pengantaran karena dengan jasa ini, buah tidak cepat membusuk karena ada alat pendingin khusus. JAsa Desain Logo desain Grafis Samarinda Ikut Senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar